Friday, March 2, 2012

Taman Pintar, Wahana Rekreasi Pendidikan Anak


Jika berkunjung ke Kota Jogja bersama keluarga tidak lengkap rasanya jika belum berkunjung ke Taman Pintar. Taman Pintar merupakan taman hiburan yang dikombinasikan dengan Ilmu Pengetahuan. Wahana didalamnya sangat baik untuk anak-anak yang sedang tumbuh berkembang. Taman Pintar terletak di daerah pusat Kota Yogyakarta. Taman Pintar hadir sebagai sebuah wahana wisata baru untuk anak-anak yakni Taman Pintar dibangun sebagai wahana ekpresi, apresiasi dan kreasi dalam suasana yang menyenangkan.


Pembangunan Taman Pintar ini dimulai pada bulan Mei 2006 dan diresmikan pada 9 Juni 2007 oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sultan Hamengkubuwono X, bersama dua menteri, yakni Kusmayanto Kadiman, Ph.D sebagai Menteri Riset dan Teknologi dan Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA sebagai Menteri Pendidikan Nasional. Taman ini telah berhasil memadukan konsep pendidikan dengan konsep permainan sebagai sarana penyebaran informasi khazanah iptek. Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan apresiasi, merangsang rasa ingin tahu, menumbuhkan kesadaran, dan memancing kreatifitas anak-anak terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi.

Taman Pintar juga ingin mewujudkan salah satu ajaran Ki Hajar Dewantara yakni dalam 3N yaitu Niteni (memahami/mengingat), Nirokake (menirukan), dan Nambahi (mengembangkan). Dengan pendekatan itulah taman ini memilih maskot dalam bentuk Burung Hantu Memakai Blangkon. Burung Hantu dimaknai sebagai burung malam yang mempunyai kepekaan tinggi, mampu mempelajari, dan mampu merasakan kejadian alam yang ada di sekitarnya, sedangkan blangkon merupakan pakaian adat Yogyakarta yang menunjukkan identitas kemasyarakatannya.


Zona Taman Pintar ini terbagi menjadi 4 bagian, antara lain Playground, Gedung Heritage, Gedung Oval, dan Gedung Kotak. Keunggulan dari wahana yang dimiliki Taman Pintar adalah Alat Peraga Iptek Interaktif. Interaktifitas yang ditawarkan dapat menyuguhkan pembelajaran yang mengasikkan bagi anak-anak.

Bagian pertama adalah Playground yang merupakan daerah penyambutan dan permainan serta sebagai ruang publik bagi pengunjung. Pada wilayah ini terdapat sejumlah wahana bermain untuk anak seperti Forum Batu, Pipa Bercerita, Rumah Pohon, Parabola Berbisik, Air Menari, Koridor Air, Desaku Permai, Jembatan Goyang, Spektrum Warna, Dinding Berdendang, Sistem Katrol, Istana Pasir, Engklek, dan Jungkat-jungkit.

Bagian kedua adalah Gedung Heritage yang diperuntukkan bagi Pendidikan Anak Berusia Dini atau PAUD. Didalamnya dikhususkan untuk pendidikan dan permainan anak-anak usia pra-sekolah hingga TK. Bagian ketiga adalah Gedung Oval Zona yang terdiri dari zona pengenalan lingkungan dan eksibisi ilmu pengetahuan, zona pemaparan, sejarah, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Bagian terakhir atau keempat adalah Gedung Kotak yang terdiri dari tiga lantai. Lantai pertama sebagai zona sarana pelengkap Taman Pintar yang mencakup radio anak Jogja, ruang pameran, food court, ruang audiovisual, dan souvenier counter. Kemudian lantai dua sebagai zona materi dasar dan penerapan iptek yang terdiri dari jembatan sains, perpustakaan, Indonesiaku, teknologi canggih, dan teknologi populer. Sedangkan lantai ketiga terdiri dari laboratorium courses class, sains, animasi dan tv. (kotajogja.com)

Museum Benteng Vredeburg, Saksi Bisu Belanda di Yogyakarta



Bangunan yang terletak tepat di seberang Istana Kepresidenan Yogyakarta, merupakan salah satu bangunan yang menjadi wisata arsitektur di Kawasan Nol Kilometer atau Jalan A. Yani, seruas Jalan Malioboro. Bangunan yang dulu dikenal dengan nama Rusternburg (peristirahatan) dibangun pada tahun 1760. Kemegahan yang dirasakan saat ini dari Benteng Vredeburg pertama kalinya diusulkan pihak Belanda melalui Gubernur W.H. Van Ossenberch dengan alasan menjaga stabilitas keamanan pemerintahan Sultan HB I. Pihak Belanda menunggu waktu 5 tahun untuk mendapatkan restu dari Sultan HB I untuk menyempurnakan Benteng Rusternburg tersebut. Pembuatan benteng ini diarsiteki oleh Frans Haak. Kemudian bangunan benteng yang baru tersebut dinamakan Benteng Vredeburg yang berarti perdamaian.


Benteng Vredeburg ini memiliki denah berbentuk persegi dan menghadap barat. Sebelum memasuki pintu gerbang utama terdapat sebuah jembatan sebagai jalan penghubung utama arus keluar masuk Benteng Vredeburg. Ciri khas pintu gerbang ini bergaya arsitektur klasik Eropa (Yunani-romawi). Hal ini dapat dilihat melalui bagian tympanium yang disangga empat pilar yang bergaya doric. Sejarah kepemilikan Benteng Vredeburg adalah milik Kasultanan Yogyakarta, tetapi atas kepentingan Belanda maka benteng ini berpindah tangan pada Pemerintahan Belanda (VOC) dibawah pengawasan Nicolaas Harting, Gubernur Direktur Pantai Utara Jawa. Pada saat masih berfungsi sebagai benteng, bangunan ini dikelilingi oleh parit yang berfungsi sebagai pertahanan awal dari serangan musuh. Namun sekarang parit tersebut hanya tersisa di bagian depan gerbang utama dan hanya berfungsi sebagai drainase saja.

Sampai saat ini masih kita jumpai bastion yang berada di keempat sudut benteng. Keempat bastion itu diberi nama Jayawisesa (barat laut), Jayapurusa (timur laut), Jayaprokosaningprang (barat daya), dan Jayaprayitna (tenggara).Pada bagian dalam benteng terdapat bangunan yang disebut gedung Pengapit Utara dan Selatan. Bangunan ini pada mulanya diperkirakan digunakan sebagai kantor administrasi. Berdasarkan hasil penelitian bentuk asli, bangunan yang ada merupakan bentuk asli dengan ornamen gaya Yunani masa Renaisance. Hal ini menunjukkan usianya yang relative lebih tua dan lebih dekoratif dibandingkan dengan bangunan yang lain. Dari masa ke masa benteng ini mengalami perubahan fungsi dan bentuk sesuai keadaan politik saat itu. Seperti yang dijumpai pada masa sekarang, benteng ini telah berubah fungsi menjadi museum.

(Aan Ardian/www.kotajogja.com)