Masjid jika dimaknai secara luas bukanlah hanya sebagai tempat ibadah saja, mengoptimalkan fungsi masjid sebagai tempat pendidikan, aktifitas perdagangan/ekonomi, dan aktifitas kreatif lainnya. Sesungguhnya pengembangkan konsep masjid yang telah dituliskan diatas mengembalian idealisasi fungsi masjid pada jaman Rasulullah Muhammad SAW. Konsep ini mulai terlihat di Masjid Kampus UGM dengan lingkungan dan fasilitas yang memadai. Masjid Kampus UGM juga memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk mewujudkan konsep masjid yang ideal. Lingkungan masjid yang berada. Disamping itu suasana Masjid Kampus UGM sangatlah nyaman karena lingkungannya yang asri dengannya banyak pohon yang terawat rapi.
Beranjak keluar dari konsep idealis Masjid Kampus UGM, masjid ini sudah menjadi salah satu objek wisata religius dan arsitektur. Animo masyarakat menjadikan masjid ini sebagai objek fotografi sudah banyak terdokumentasi melalui jaringan sosial media yang sengaja di unggah untuk menunggu respon teman-teman mereka. Salah satu tempat favorit untuk berfoto adalah gerbang masjid dengan panorama gapura lengkung yang terbuat dari batu. Gerbang melengkung ini menjadi perwajahan Masjid Kampus UGM. Terletak di pintu gerbang utama dengan berdiri kokoh didepan menyapa setiap pengunjung yang akan masuk di masjid tersebut. Setelah melewati gapura lengkung, pengunjung akan menikmati pemandangan sebuah kolam yang berhiaskan air mancur. Di tengah-tengah kolamdipahat kalimat Bismillah /dengan tulisan Arab.
Masjid Kampus UGM pertama kali dibangun bertepatan dengan mundurnya Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998 setelah berkuasa selama 32 tahun. Peletakan batu pertama oleh Prof. Dr. Sukanto Reksohadiprodjo, M.Com. Masjid Kampus UGM digunakan untuk pertama kalinya pada 4 Desember 1999 atau 5 hari menjelang 1 Ramadhan 1420 H, setelah menghabiskan dana sebesar Rp 9,5 miliar. Lantai satu dan lantai dua beserta halaman masjid mampu menampung jamaah sebanyak 10.000 orang.
Rancang bangun Masjid Kampus UGM merupakan perpaduan dari gaya arsitektur Masjid Nabawi, kebudayaan Tionghoa, India, dan Jawa. Gaya arsitektur Masjid Nabawi terlihat jelas pada lengkungan-lengkungan bangunan utama dengan hiasan kaligrafi yang makna tulisan itu mengagungkan nama Sang Pencipta. Rancang bangun masjid ini meruipakan perpaduan bahan lokal dan impor kualitas terbaik, pintu utama masjid serta daun pintu dibuat tinggi terbalut besi tempa, tembok yang berada di sisi kanan kiri pintu ditutup dengan keramik dari India. Lantai masjid terbuat dari marmer dan keramik berwarna hijau, merah, dan cokelat. Keramik untuk lantai yang berwarna hijaudidatangkan dari Brazil, warna merah dari Batu (Malang), dan keramik berwarna kecokelatan dari Korea. Tiang masjid jugad ibalut dengan keramik dan kuningan. Keramik yang berwarna hijau untuk tiang masjiddiimpor dari Brazil. Sedangkan semua yang berbahan kuningan, seperti aksesoris pada tiang,dinding, kaligrafi, hingga lampu gantung didatangkan dari Cepogo, Boyolali. Hiasan yang beradadi mihrab,ditiru dari mihrab salah satu masjiddi Iran yangdivisualisasikan oleh mahasiswa teknik arsitektur UGM dengan mengambil inspirasi dari bentuk rumah lebah
Kawasan yang sebelumnya berupa kuburan Cina itu, mengilhami arsitektur bangunan bergaya arsitektur Tionghoa. Inspirasi tersebut terwujud pada ornamen-ornamendi sekeliling masjid yang dominan dengan warna merah muda dan warna emas yang merupakan warna khas etnis Tionghoa.
Pengaruh India terlihat melalui penataan pekarangan masjid yang mengadopsi bangunan Masjid Taj Mahal. Penataan pekarangan tersebut, misalnya menanam berbagai macam pohondi sekeliling masjid, membuat kolam yangdilengkapi dengan air mancur, serta menanam bunga teratai di sekeliling kolam.
Arsitektur Jawa terlihat jelas pada bangunan utama dan kubah masjid. Kubah Masjid Kampus UGM berbentuk limasan sebagai representasi rumah adat Yogyakarta yang berbentuk Rumah Joglo dengan atap limasan. Tinggi struktur kubah mencapai 32 meter dengan lebar 21 meter. Kubah dan atap masjid ditopang dengan rangka baja. Kubah itudibuat dari bahan /policarbonat/transparan dan alumunium keemasan yangdidatangkan dari Korea.Di tengahruanganterdapat lampu gantung yang terbuat dari kuningan dengan jumlah bohlam sebanyak 32 buah. Lampu inidikontrol secara manual serta remote untuk menurunkannya. Berat lampu ini hampir mencapai 1 ton. Bahan atap dan kubah memangdibuat transparan dengan tujuan agar sinar matahari bisa masuk dan menerangiruangan masjid. Selain terlihat di Masjid Kampus UGM, konsep memadukan unsur lokal dengan unsur Islam juga terlihat pada arsitektur Masjid Al Markazdi Makassar, Masjid Agung Batam, dan Masjid Kampus ITS (Institut Teknologi Sepuluh November)di Surabaya.
Seluruh arsitektur Masjid Kampus UGM dikerjakan oleh mahasiswa teknik arsitektur UGM. Selain ornamen yang khas, Masjid UGM juga mempunyai menara setinggi 99 meter. Tinggi menara menyesuaikan dengan /asmaul husna/ (nama-nama Tuhan yang baik) yang berjumlah 99 nama. Dari puncak menara ini para pengunjung dapat melihat lanskap wilayah Yogyakarta
.
Seluruh arsitektur Masjid Kampus UGM dikerjakan oleh mahasiswa teknik arsitektur UGM. Selain ornamen yang khas, Masjid UGM juga mempunyai menara setinggi 99 meter. Tinggi menara menyesuaikan dengan /asmaul husna/ (nama-nama Tuhan yang baik) yang berjumlah 99 nama. Dari puncak menara ini para pengunjung dapat melihat lanskap wilayah Yogyakarta
.
Muhammad Fardiansyah/www.kotajogja.com)
Foto - Foto Lain
0 comments:
Post a Comment