Ribuan warga memadati pembukaan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta yang digelar di Kampung Ketandan, satu ruas di Jalan Malioboro, Yogyakarta, kemarin malam. Para warga datang berbondong-bondong menyusuri jalanan kampung pecinan yang hanya memiliki lebar sisa dua meter dan panjang sekitar satu kilometer itu sambil menikmati aneka jajanan yang tersebar di sisi jalan. Sekitar 70 stan dan belasan toko yang ada menyediakan jajanan tradisional, mulai yang khas Tionghoa seperti bacang dan nasi Hainan, hingga jasa pijat akupunktur dan ahli ramal. Perayaan budaya Tionghoa ketujuh kalinya yang mengusung tema "Mengukuhkan ke-Bhineka-an Yogyakarta" itu dibuka Gubernur DI Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X. “Budaya Tionghoa jadi subkultur kebudayaan Tanah Air yang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan bangsa Indonesia dan harus dilestarikan,” kata Sultan.
Kelestarian budaya Tionghoa, kata Sultan, akan memperkaya khazanah bangsa untuk saling belajar dan menghormati segala budaya yang tumbuh. “Tiap budaya memiliki karakternya. Perayaan-perayaan ini semoga tak berhenti sebagai peristiwa biasa, namun jadi seperti serat–serat tenun yang saling mengeratkan antarbagian dengan budaya lainnya," kata Sultan.
Pada pembukaan itu, sosok berwujud dewi cinta kasih, Dewi Kwan Im, sekonyong-konyong turun dari kayangan dan menaburkan bunga melati yang disambung dengan penyalaan api di dalam mulut naga oleh Sultan. Pada malam pertama perayaan itu, ditampilkan sejumlah atraksi budaya yang terbagi dalam dua panggung. Panggung pertama khusus untuk menggelar lomba karaoke berbahasa Mandarin, sementara panggung utama untuk berbagai aksi yang lebih beragam, seperti paduan suara, tari, dan Barongsai.
Tak ketinggalan juga aksi pertunjukan Wayang Potehi, tarian Tibet, hingga lelang kaligrafi Cina bertuliskan ‘Lung’ (naga) oleh kelompok seniman “Shu-Fa”. Kaligrafi itu dibuat dalam waktu sekitar enam detik di atas panggung oleh tokoh Tionghoa Yogyakarta, M. Sidiq, yang melukis di sela-sela tarian seniman Didik Nini Thowok dan diiringi musik maestro kecapi, Gea. Kaligrafi di atas kanvas putih selebar 1 x 1,5 meter itu berhasil dilelang dengan harga Rp 20 juta, dengan pemenang manajemen Rich Hotel Yogyakarta.
Koordinator acara tersebut, Anggi Minarni, menuturkan, pada malam pembukaan ditampilkan tak kurang 20 atraksi budaya. “Total atraksi yang ditampilkan selama perayaan 48,” kata dia. Pekan budaya Tionghoa ini digelar hingga 6 Februari dan akan ditutup dengan atraksi karnaval Dragon Night Festival yang menyusuri Malioboro, diikuti 22 peserta berbagai daerah. Dalam karnaval itu akan ditampilkan atraksi naga terbesar yang masuk rekor Museum Rekor Indonesia dengan panjang sekitar 136 meter dan bobot tak kurang 1,2 ton.
Sumber :
0 comments:
Post a Comment